Jumat, 16 Mei 2014

Gerimis



Sore itu di kota Yogyakarta, pukul 15.00 aku menunggu kedatangan seseorang yang spesial. Aku mengenakan kemeja merah favoritku, celana jeans, dan sepatu kets. Dia berjanji padaku akan datang menjemputku jam 15.30. Kami akan menonton film di bioskop XXI, 5 menit kemudian, dia datang dengan wajah yang berseri-seri serta aroma parfumnya yang masih aku ingat.

Namanya Eno. Dia adalah seorang pemuda asal Jawa Tengah yang sedang studi disalah satu kampus ternama di Yogyakarta. Aku mengenalnya lewat social media. Setelah aku selidiki, ternyata dia adalah teman dari sahabatku Paula.Perkenalan kami merupakan momen paling lucu dalam hidupku. Eno datang kerumahku dengan Paula. Malam itu aku memang sedang dirumah dan aku tidak masuk sekolah selama 2 hari karena menderita radang tenggorokan yang selalu datang ketika aku kelelahan. Aku terkejut saat Eno dan Paula datang kerumahku tanpa ada kabar berita. Saat itu penampilanku memang sedang kusut sekali, wajah pucat pasi dan suaraku serak-serak basah. Setelah malam itu, Eno menjadi lebih dekat denganku. Eno memiliki pribadi yang baik, sopan, dan bisa melindungiku.

Didalam perjalanan menuju bioskop, Eno banyak bercerita tentang kegiatannya dikampus. Aku sangat mengharapkan kuliah dikampusnya. Sesampainya di bioskop, kami langsung membeli tiket dan dia yang menyuruhku untuk memilih film yang akan kami tonton nanti. Aku memilih film Twilight Saga: Breaking Dawn Part.2. Setelah mendapat tiket kami langsung ke sebuah swalayan untuk membeli cemilan. Cuaca saat itu mendung dan gelap. Dilangit, petir-petir saling bersahutan disertai angin kencang. Aku sangat ketakutan. Perlahan butiran-butiran air hujan turun membasahi tanah. Hujan begitu deras sehingga kami sulit melihat kendaraan yang lalu lalang didepan swalayan.

Saat menunggu hujan reda, kami berbincang-bincang dan menceritakan hal-hal lucu. Aku selalu mengejek Eno, kalau dia pntas jadi seorang ojek payung. Tak lama kemudian, ada seorang bapak-bapak yang menawarkan payung (ojek payung). Kami berdua hanya bisa tertawa saat berjalan menyusuri jalan menuju bioskop. Sepayung berdua dan didampingi bapak-bapak ojek payung. Aku tak bisa membayangkan apa jadiny bapak-bapak itu ketika mendengarkan percakapan kami. Ojek payung memang selalu ada saat hujan. Mereka meawarkan jasanya tanpa peduli akan kesehatan mereka yang bisa terserang penyakit. Ah, begitu besarnya jasa ojek payung. Sesampainya dibioskop dengan keadaan basah, kami langsung masuk ke dalam. Kami terlambat 5 menit dan untung saja pintu bioskop masih dibuka.

2 jam lamanya kami menonton film. Saat film usai, kami begegas untuk pergi makan. Kami berjalan keluar bioskop dengan diiringi gerimis dan hawa dingin. Dibawah gerimis itu, betapa terkejutya aku saat Eno tiba-tiba  berhenti berjalan dan perlahan menggenggam kedua tanganku. Entah secara kebetulan atau apa, saat momen itu aku mendengar ada yang menyanyikan lagu D'Bagindas-Empat Mata.  Eno mengungkapkan perasaannya padaku dan memintaku menjadi pacarnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Begitu banyak orang yang menyaksikan momen itu. Mereka hanya tersenyum dan bersiul-siul. Semenjak bertemu dengannya, aku sudah memendam rasa padanya. Saat itu juga aku menerima cintanya.

Tapi, ceritaku tidak happy ending seperti Breaking Dawn. Eno memutuskan untuk berhenti saat semuanya baru berjalan 6 bulan. Tanpa kabar dan berita dia pergi, menghilang bagaikan ditelan bumi. Ketika aku mulai bangkit, dia datang dan menjelaskan apa yang terjadi selama ini. Saat itu juga aku menerima kenyataan pahit. Eno telah dijodohkan oleh seorang wanita asal kota batik Pekalongan. Eno sudah berusaha meyakinkan orang tuanya, semua usahanya sia-sia. Apa daya, hati tak bisa dipungkiri. Meskipun sakit, tapi aku harus menerima kenyataan bahwa Eno bukanlah milikku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar