Senin, 24 Februari 2014

The last memory

Namanya Alifian Daneswara. Nama Daneswara adalah singkatan nama ayahnya "danang" dan "kuswara".
Ifan adalah panggilannya. Dia lahir di Sleman pada hari Kartini. Terlahir dari sebuah keluarga kecil dan menjadi anak terakhir dari 2 bersaudara. Saudaranya bernama Yudha Perdana.

Ifan memiliki pribadi yang baik dan lucu. Ifan adalah saudara sepupuku. Parasnya yang tampan, kulitnya yang putih, rambutnya berwarna kecoklatan, postur tubuh yang tinggi dan senyuman yang menunjukkan barisan gigi yang putih rapi, menambahkan kesempurnaan dalam dirinya.

Ifan adalah sosok kakak dan sahabat yang sangat baik bagiku. Dia selalu melindungiku dari kenakalan anak-anak disekitar rumah eyang Uti. Aku selalu menghabiskan waktu berdua dengannya. Sampai usia remaja pun kami tetap menghabiskan waktu berdua. Entah itu sekedar pergi nonton dibioskop atau makan direstoran. Rasanya tak bisa barang semenit pun berppisah darinya.

Saat dokter mendiagnosa bahwa dia sudah tidak bisa bertahan lama lagi diusia remajanya karena ginjalnya sudah hampir rusak. Salah satu jalan adalah dia harus rutin cuci darah dan minum obat-obatan dari dokter. Sungguh, rasaya seperti tersambar petir saat aku mengetahui berita itu. Tak tega aku melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya semakin kurus.

Saat aku menemaninya cuci darah setiap hari rabu jam 9 pagi, dia selalu memegang tanganku. Aku bisa merasakan tangannya yang dingin bagai es batu. Aku melihat selang-selang itu terpasang langsung ke alat yang dipasang didadanya. Badannya mengigil hebat. Bibirnya pucat tidak lagi merah. Tapi dia hanya bisa tertidur dan berusaha tidak merasakan kesakitan itu.

Cuci darah itu hanya bisa mebantunya bertahan sampai lebaran. Saat takbir bergema ditelinga, saat itu dia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tidak percaya dengan apa yang terjadi. Baru kemarin dia sehat, baru kemarin dia tertawa lepas dan itu adalah tawa paling indah yang pernah aku lihat darinya. Saat jenazahnya dibawa kerumah, aku melihat ekspresi wajahnya seperti saat Ifan tertidur pulas. Aku hanya bisa menangis, aku tak bisa lagi membawanya ke dunia ini lagi.

Pemakaman Ifan penuh dengan tangisan kehilangan. 

Hal terakhir yang aku ingat darinya adalah senyumannya yang tampan dengan ekspresi seperti anak kecil.

Rabu, 05 Februari 2014

mama


Hujan disiang ini menemaniku menulis lagi. Breakeven dari The Script juga menemaniku. Kali ini aku akan menceritakan tentang mama. Pasti kalian juga tahu apa arti dibalik kata “mama”. Yah, mama adalah sosok wanita yang merawat kita dari kecil. Dari kita masih dalam kandungannya. Selama 9 bulan beliau menggendong kita didalam perutnya yang besar, badannya yang semakin gemuk, dan peluh yang menetes setiap kali melakukan pekerjaan rumah. Betapa besar pengorbanan seorang mama untuk melahirkan kita ke dunia ini. Tanpa lelah, tanpa mengeluh, tanpa air mata kesedihan. Mama, selalu memberikan yang terbaik untuk kita, meski nyawa sekalipun taruhannya. Salah satu mama terbaik didunia adalah mamaku.

Mamaku adalah seorang mama yang hebat. Kenapa aku bisa bilang kalo mamaku adalah mama yang hebat? Yah, karena mama berjuang keras untuk merawatku. Betapa besar pengorbanan mamaku. Jika aku mengingat semua pengorbanan mamaku selama ini, aku hanya bisa menangis. Mama mengajarkan aku banyak hal, mama tempatku mengadu, mama tempatku curhat. Walau terkadang aku sering sulit dinasehati. Aku memang keras kepala. Seringkali aku cekcok dengan mama akan hal-hal yang menurutku baik tapi di mata mama tidak.

Suatu hari, aku bertanya kepada mama tentang masa kecilnya. Mama menceritakan semua masa kecilnya. Aku terharu karena mama banyak mengalami masa-masa sulit saat kecil. Mama bilang kalau dulu beliau dari keluarga yang cukup terpandang, tapi hancur lebur karena suatu masalah. Mama ku yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 22 Juni tahun 72 harus diadopsi oleh seorang kerabatnya yang ada di Jakarta. Hidup jauh dari orang tua kandung mama ku memang sulit, banyak halangan dan tantangan. Setelah beberapa tahun di Jakarta, akhirnya mama kembali ke Yogyakarta dan tinggal dengan kedua orang tua kandungnya (eyang uti dn eyang akung). Mama ku memiliki 4 saudara, 2 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan. Mama ku adalah anak keempat dari lima bersaudara. Sebenarnya mamaku memiliki satu saudara laki-laki, tapi saat itu saudara mama sakit saat bayi.

Dalam keluarga mama, seringkali mama dicurangi oleh kedua saudara perempuannya. Karena iri akan barang-barang yang dimiliki mama. Mama hanya bisa mengalah dan tak bisa apa-apa. Saat itu adik mama yang terakhir masih kecil dan belum tau apa-apa. Jujur saja, dalam hal ekonomi eyang uti memang kesulitan. Karena waktu itu eyang uti harus membesarkan kelima anaknya sendirian. Eyang akung bekerja di luar kota dan gajinya setiap bulan tidak cukup. Mama pernah bilang dalam hal makanan saja kesulitan. Bayangkan saja, telur dadar satu dibagi menjadi lima potong. Selama ini kita makan telur dadar tidak habis atau serakah. Dari situlah mama bertekad untuk menjadi orang sukses dan bisa membahagiakan orang tua dan tidak menyusahkan keluarganya kelak.

Saat SMA, Mama termasuk anak yang cerdas dan rajin nilai-nilai nya tak ada yang dibawah 90, mama selalu ranking pertama di kelasnya. Banyak prestasi yang dihasilkan oleh mama. Suatu hari nilai mama turun drastis dikarenakan masalah percintaan. Hanya sekali itu saja mama drop, selanjutnya mama kembali menjadi juara kelas bahkan juara umum. Mama termasuk siswa teladan se-Yogyakarta.

Setelah lulus SMA, mama kerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Karena keluwesan dan kecerdasan mama dalam bekerja, mama sering dipuji dan diberi penghargaan oleh perusahaan tempat mama bekerja. Mama tidak lupa akan janjinya dulu. Mama membantu perekonomian keluarga dan membiayai sekolah adiknya sampai tamak SMK. Mama menikah saat usianya 25 tahun.

Aku ingat saat mama mungkin tersesat dijalan yang salah. Saat itu aku masih dudk dibangku 3 SMP, dan papa ku tidak memiliki pekerjaan. Mama yang bekerja membanting tulang untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Rekan kerja mama memang banyak dan beragam. Mama seakan lupa tentang tanggung jawabnya terhadap suami dan anaknya. Mama jadi sering melawan papaku dan memarahi papaku. Dalam seminggu aku hanya bisa bertemu mama saat malam hari. Hari minggu pun mama tetap bekerja dan terkadang aku merengek ingin ditemani mama tapi mama tetap saja tidak bisa menemaniku. Papaku juga pernah berburuk sangka kepada mamaku. Papaku mengira kalau mama terlibat skandal dengan atasannya, padahal sama sekali mama tidak terlibat skandal apapun. Di saat itulah mamaku marah besar, karena setiap hari papa hanya mengikuti kemana pun mama pergi.

Papa dan mamaku pernah bertengkar hebat dan aku sempat membenci papa. Karena papa tidak peduli dengan keluarga dan hanya sibuk berburuk sangka. Saat itu papa berusaha membiacrakan masalah itu padaku, tapi karena aku sudah terlanjur terpengaruh mamaku, aku jadi tidak percaya. Sempat mamaku berbicara masalah perceraian dan aku harus memilih antara mama dan papa. Tapi jujur saja aku tak bisa memilih. Aku hanya ingin keluargaku utuh tanpa tercerai berai.

Setelah setahun mamaku akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaannya. Lalu mama membuka usaha sendiri, yaitu semacam menjual peralatan-peralatan makan untuk hotel dan rumah sakit. Usaha ini menuntut mama untuk mondar-mandir kesana kemari mencari barang.tak peduli hujan ataupun panas, mama tetap melakoninya. Sampai suatu hari mama mengalami kecelakaan yang parah. Dalam perjalanan pulang kerumah, mama ditabrak oleh sebuah mobil karimun estilo berwarna merah. Kejadiannya tepat tanggal 19 Mei 2012 di Jalan Godean. Mama mengalami patah tulang di tangan kiri dan beberapa luka-luka yang lain yag mengharuskan mama untuk menjalani operasi selama 3jam. Aku tidak tega melihat mama menderita diruang operasi itu. Kenapa tidak aku saja yang mengalami itu, kenapa harus mama yang mengalaminya. Aku hanya bisa berdoa dan terus berzikir untuk keselamatan mama. Saat keluar dari ruang operasi, aku melihat mama terbaring lemah diatas tempat tidur. Rasanya air mata ini akan jatuh, tapi aku berusaha menahannya. Aku tidak ingin mama tahu.

Selama 4 hari aku menemani mama di rumah sakit. Aku menghibur mama, aku suapi mama saat makan, aku membantu mama saat buang air dan aku membantu mama saat mandi. Jujur saja aku benci dengan orang yang menabrak mama. Orang itu tidak bertanggung jawab. Dia yang membuat mamaku cacat! Sumpah aku membenci orang itu!

Setelah 4 hari dirawat, dokter menyatakan bahwa keadaan mama sudah membaik dan boleh pulang. Saat dirumah aku merawat mama. Semua saran dokter yang diberikan kepada mama dan aku, kami ikuti. Mamaku adalah mama yang hebat, mama tidak mengeluh dan memohon belas kasihan orang lain. Tapi kenapa masih ada saja orang yang mencaci mamaku. Mama tidak menghiraukan akan hal itu. Mama tetap berdoa untuk kesembuhannya dan mendoakan orang-orang yang mencacinya. Alhamdulillah, mama sudah pulih lagi dan akhirnya mama membuka usaha yang tidak memerlukan aktivitas diluar. Mama membuka usaha kue dan catering. Usaha mama berjalan lancar sampai sekarang.

Mamaku adalah mama yang paling hebat. Terimakashih mama. I love you , mama.